Info.Sombron – Sabtu pagi yang cerah (03/05), Ketua Panitia Merti Dusun Sombron, Jarman, bersama Kepala Dusun Sombron, Widodo, terlihat sibuk menyusuri jalur yang akan dilalui kirab budaya dalam rangkaian acara Merti Dusun. Mereka berhenti di beberapa titik, berdiskusi sambil sesekali menunjuk kondisi jalan, memastikan semua sesuai rencana.
“Kami panitia dalam beberapa hari ini terus berupaya menyelesaikan jalan yang akan dilalui saat kirab nanti,” ujar Jarman kepada Media Sombron, senyumnya tetap mengembang meski peluh membasahi kening. Ia mengungkapkan, progres persiapan jalan sudah mencapai 80 persen. Optimisme terpancar dari wajahnya. Ia yakin, sebelum H-7, jalur kirab sudah siap sepenuhnya.
Merti Dusun bukan sekadar ritual tahunan. Bagi warga Sombron, ia adalah wujud penghormatan pada leluhur, sekaligus momentum merajut kebersamaan. Karena itu, setiap detail dipersiapkan dengan sepenuh hati, termasuk jalur yang akan dilalui kirab budaya.
Jarman menyadari betul, jalan bukan hanya soal infrastruktur. Ia adalah simbol perjalanan—bukan hanya langkah kaki, tetapi juga langkah sejarah dan warisan budaya. “Karena di dalam kirab nanti ada yang sudah sesepuh, maka kami membuat jalur yang mudah untuk dilalui bagi mereka,” jelasnya. Pernyataan itu sederhana, tetapi mencerminkan kepedulian: agar semua bisa menikmati dan berpartisipasi tanpa hambatan, tanpa terkecuali.
Di lapangan, sejumlah warga tampak bahu-membahu. Ada yang menguruk jalan, membersihkan ranting, menata bebatuan agar tak membahayakan peserta kirab. Suasana gotong royong terasa hangat, mengingatkan bahwa Merti Dusun bukan hanya perayaan budaya, tetapi juga perayaan solidaritas.
Kepala Dusun Sombron, Widodo, mengamati proses itu dengan penuh bangga. “Saya senang dengan warga saya yang masih penuh semangat gotong royong dalam menyambut Merti Dusun nanti,” ucapnya. Baginya, semangat itu adalah warisan tak ternilai, yang harus terus dijaga dan diwariskan ke generasi berikutnya.
Widodo tak sekadar mengapresiasi usaha fisik. Ia melihat lebih jauh: bahwa gotong royong ini adalah simbol persatuan. “Semoga semangat gotong royong ini bisa menjadi simbol persatuan dan persaudaraan,” harapnya.
Kirab budaya nanti akan menjadi puncak dari segala upaya ini. Di sepanjang jalan yang kini tengah dipersiapkan, para peserta akan membawa gunungan, hasil bumi, serta berbagai atribut budaya. Mereka akan berjalan, bukan hanya di jalan fisik, tetapi juga menapaki jalan sejarah yang diwariskan oleh leluhur.
Di setiap langkah, ada doa, ada harapan, dan ada cinta. Jalan itu akan menjadi saksi: bagaimana sebuah dusun kecil bernama Sombron tak pernah lelah menjaga jati dirinya, tak pernah alpa merawat tradisi.
Dan semua itu dimulai dari langkah-langkah kecil: dari cangkul yang menggali, dari tangan yang menata, dari hati yang rela bekerja bersama. Di Sombron, jalan untuk kirab bukan hanya dipersiapkan untuk dilewati. Ia dipersiapkan untuk dihayati, sebagai bagian dari perjalanan budaya yang tak pernah berhenti.***Red