Info.Sombron — Tak ada suara yang lebih akrab bagi Suwandi selain embikan kambing yang bersahut-sahutan setiap pagi. Di usia 62 tahun, pria paruh baya asal Dusun Sombron ini tetap setia mengguluti dunia peternakan kambing — profesi yang bagi sebagian orang dianggap sederhana, namun baginya adalah jalan hidup yang penuh makna dan keberkahan.
Di samping rumahnya berdiri kandang kayu sederhana, berdinding pagar bambu dan beratapkan seng. Dari situlah 40 ekor kambing tumbuh sehat dan menjadi sumber penghidupan utama keluarga. Ketika tim Media Sombron menyambangi kandangnya, Suwandi tengah memberi makan ternaknya dengan penuh perhatian.
“Jangan pernah gengsi jadi peternak,” ucapnya sambil tersenyum, tangan kanannya memegang sabit, “kalau kita tekun dan punya tekad kuat, kesuksesan itu tinggal menunggu waktu.”
Bagi Suwandi, peternakan bukan hanya soal memelihara hewan, tapi juga tentang melatih kesabaran, ketekunan, dan konsistensi dalam menjalani proses. Ia membangun usahanya tanpa bantuan modal besar — hanya berbekal semangat dan pengetahuan turun-temurun dari para leluhur.
Tak heran jika Kepala Dusun Sombron, Widodo, menyebutnya sebagai salah satu inisiator terbaik di bidang peternakan. “Saya senang ada warga saya yang sukses membangun peternakan kambing bukan dari bantuan, tapi dari kerja keras dan semangat. Ini contoh nyata bahwa usaha tak akan mengkhianati hasil,” ujarnya.
Lebih dari sekadar sukses pribadi, Suwandi juga punya harapan besar bagi generasi muda di Sombron. Ia ingin pengalaman dan ilmunya menjadi inspirasi bagi anak-anak muda yang sedang mencari arah dan peluang.
“Kalau generasi muda bisa mengatur waktu dan punya niat, beternak kambing bisa jadi jalan kesuksesan,” pesannya.
Kepala dusun pun sependapat. Ia mendorong generasi muda untuk belajar langsung dari Suwandi, yang dengan keterampilan alami dan bahan-bahan sederhana dari lingkungan sekitar, mampu membangun usaha yang bertahan dan berkembang. “Mari kita belajar dari Bapak Suwandi yang membuktikan bahwa pengetahuan lokal dan semangat bisa membawa perubahan nyata,” harapnya.
Di tengah hiruk-pikuk dunia modern, Suwandi mengingatkan bahwa kekayaan tak selalu datang dari kota besar atau teknologi canggih. Kadang, ia tumbuh dari kandang sederhana, dari embikan kambing, dan dari keyakinan bahwa hidup yang dijalani dengan tekun akan membawa hasil yang baik.***Red