Info.Sombron – Di bawah remang cahaya lampu malam dan semilir angin, Dusun Sombron bersiap menyambut momen sakral tahunan: Merti Dusun. Namun tahun ini, ada yang berbeda dari prosesi kirab budaya yang telah menjadi denyut tradisi warga. Di sepanjang jalur kirab, puluhan simbol gunungan akan berdiri megah, membawa pesan mendalam tentang perjalanan hidup manusia di semesta.
Gunungan bukan sekadar hiasan. Ia adalah simbol—ikon kebudayaan Jawa yang sarat makna. Ketua koordinator kirab, Puryana atau yang akrab disapa Poer, menjelaskan bahwa gunungan menggambarkan filosofi kehidupan yang luas. “Pemasangan simbol gunungan bukan soal estetika, tapi juga melambangkan kehidupan manusia,” ungkapnya kepada Media Sombron pada Kamis malam (24/05), di sela-sela kesibukannya mempersiapkan kirab.
Gunungan—dengan bentuknya yang mengerucut ke atas—biasa ditemukan dalam pertunjukan wayang kulit sebagai penanda awal dan akhir lakon. Di Merti Dusun Sombron kali ini, gunungan menjadi representasi dari perjalanan manusia: lahir, bertumbuh, hingga kembali kepada asal. Poer berharap bahwa kehadiran gunungan di sepanjang jalan mampu memberikan kesan mendalam. “Setiap manusia yang hidup di dunia ini selalu dihadapkan dengan perjalanan kehidupan di alam semesta,” tuturnya.
Gagasan ini pun mendapat sambutan hangat dari Kepala Dusun Sombron, Widodo. Ia memuji kreativitas tim kirab dalam membawa nilai filosofis ke dalam prosesi budaya. “Saya berterima kasih karena gunungan bisa menjadi simbol perjalanan hidup manusia, dan hal itu bisa mengingatkan kita yang hidup di alam ini,” ujarnya dengan penuh penghargaan.
Merti Dusun Sombron tak hanya jadi ajang pelestarian budaya, tetapi juga refleksi diri. Gunungan-gunungan yang berdiri kokoh di sepanjang jalur kirab menjadi penanda: bahwa hidup adalah perjalanan, dan setiap langkah adalah bagian dari lakon besar manusia di panggung semesta.***Red
