Info.Sombron – Pagi yang tenang di Dusun Sombron perlahan berubah menjadi sakral ketika warga mulai berkumpul di kediaman Kepala Dusun. Sekira pukul 08.00 WIB, prosesi budaya yang telah diwariskan turun-temurun—tingkepan—kembali digelar. Berjalan kaki menuju area persawahan yang terletak di antara Dusun Sombron dan Dusun Semen, warga bersama perangkat desa dan Camat Tuntang, Aris Setiawan, mengikuti iringan tembang-tembang Jawa yang mengiringi langkah mereka dengan khidmat.
Suasana pun terasa magis. Gema tembang yang syahdu mengisi udara, menyatukan langkah warga dalam prosesi yang bukan hanya sakral secara spiritual, tetapi juga simbolis secara sosial—mengikat kebersamaan dan gotong royong antara warga.
Supriyanto, Ketua Kelompok Tani Sidorejo, menegaskan bahwa kegiatan ini bukanlah sekadar seremoni tahunan, melainkan warisan budaya yang harus terus dijaga. “Kami hanya merawat yang sudah diwariskan oleh leluhur kepada kita,” katanya saat diwawancarai Media Sombron, Sabtu (17/05).
Ia mengungkapkan bahwa tingkepan bukan hanya tradisi keagamaan atau adat semata, tetapi juga bagian dari identitas kolektif masyarakat Dusun Sombron yang hidup dari tanah, air, dan nilai-nilai leluhur.
Dalam prosesi tersebut, Camat Tuntang, Aris Setiawan, S.STP, MM, menyampaikan pandangan yang menggugah tentang pentingnya menjaga budaya. “Warisan tingkepan merupakan satu warisan yang diwariskan kepada kita sebagai salah satu pesan akan kebersamaan dan kekeluargaan serta semangat gotong royong,” ucapnya penuh semangat.
Menurutnya, kegiatan seperti ini perlu terus digalakkan sebagai wujud dari nguri-uri budaya—sebuah konsep merawat dan melestarikan nilai-nilai tradisi agar tidak punah oleh zaman. Ia juga menyatakan bahwa pemerintah kecamatan siap mendukung penuh gerakan pelestarian budaya lokal.
“Kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk membuat kegiatan ini bisa dilestarikan bukan hanya di Dusun Sombron desa Tlompakan tetapi di desa-desa lain yang ada di bawah Kecamatan Tuntang,” tegas Aris.
Tak hanya itu, ia menyebut bahwa media sosial dan kanal daring akan menjadi alat strategis untuk menyebarluaskan kegiatan budaya ini. Dengan cara ini, generasi muda dapat lebih mengenal dan mencintai akar budayanya sendiri.
Tingkepan di Sombron bukanlah ritual yang terjebak dalam nostalgia masa lalu, melainkan cermin dari masa depan yang tetap menghargai akar. Di tengah derasnya modernisasi, upaya Camat Tuntang bersama warga untuk merawat tradisi ini menjadi bukti bahwa budaya lokal masih relevan—dan bahkan sangat dibutuhkan.
Saat dunia bergerak cepat, Dusun Sombron berdiri teguh dengan semangat gotong royong dan penghormatan terhadap leluhur. Sebuah pesan yang jelas: tanpa budaya, identitas akan rapuh. Dan dengan budaya yang terus dijaga, masyarakat akan tetap rukun dan kuat.***Red