Menu

Aldo Andika, Pewaris Seni Jaran Kepang dari Sombron

Info.Sombron – Di balik semaraknya pertunjukan Reog Langen Budi Sedyo Utomo (LBSU) yang kerap tampil di berbagai event daerah, tersembunyi kisah inspiratif dari seorang pemuda dusun Sombron. Ia adalah Aldo Andika Putra, anggota LBSU Junior yang kini berusia 20 tahun, yang menaruh cinta mendalam pada dunia reog dan kerajinan tradisional.

Tidak puas hanya menjadi penampil di panggung, Aldo melatih insting dan kecintaannya terhadap seni dengan membuat jaran kepang, salah satu perlengkapan penting dalam pertunjukan reog. Bakat ini ternyata mengalir dari sang ayah, Agus Budianto, yang dahulu memiliki kemampuan membuat jaran kepang, meski harus mengubur mimpinya karena kesibukan bekerja sebagai sopir truk.

“Saya belajar dari bapak, dan sampai sekarang kalau mengalami kesulitan, saya tetap bertanya ke bapak caranya,” ujar Aldo kepada Media Sombron saat ditemui di rumahnya, Senin (28/04).

Dibekali ketekunan dan semangat belajar, Aldo mulai memproduksi jaran kepang secara mandiri. Mengandalkan media sosial sebagai sarana promosi, karya-karyanya telah dijual dengan harga Rp400.000 per unit — lengkap dan siap pakai. Meski sederhana, langkah kecil ini menjadi bukti bahwa semangat melestarikan budaya masih menyala di hati generasi muda Sombron.

Dalam pandangan Aldo, membuat jaran kepang bukan hanya soal menciptakan barang seni, tetapi juga tentang menjaga hidupnya warisan budaya yang sudah berakar kuat di tanah kelahirannya.

“Saya ingin kesenian ini tetap hidup. Dengan membuat jaran kepang, saya merasa ikut menjaga bagian kecil dari tradisi ini,” ungkapnya.

Karya Aldo pun tidak luput dari perhatian Kepala Dusun Sombron, Widodo. Ia mengapresiasi upaya Aldo sebagai wujud nyata dari anak muda yang peduli pada budaya daerah.

“Saya senang ada anak muda seperti Aldo yang masih merawat kesenian dan kebudayaan seperti jaran kepang. Ini contoh baik untuk anak-anak muda lainnya,” ujar Widodo.

Melalui tangan-tangan muda seperti Aldo, harapan untuk menjaga dan mengembangkan budaya lokal tetap menyala. Tidak hanya sekadar mempertahankan tradisi, tetapi juga membuktikan bahwa budaya bisa terus hidup dan relevan di tengah arus modernisasi yang kian deras.

Sombron hari ini mungkin kecil di peta, namun lewat langkah-langkah nyata warganya, nilai-nilai besar budaya terus digenggam erat — dari panggung reog yang gemilang hingga anyaman jaran kepang di sudut rumah sederhana.***Red

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *