Menu

Agenda

KEGIATAN 2024

STG PERTAMA

Sejarah Enam Jaran di Dusun Sombron

Dusun Sombron memiliki enam jaran yang dianggap sebagai cikal bakal tradisi budaya jaran kepang di daerah ini. Masing-masing jaran memiliki cerita dan nilai tersendiri yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Berikut adalah penjelasan singkat mengenai enam jaran tersebut:

1. Kyai Pengayoman:
– Jaran ini dikenal sebagai pelindung dan simbol keamanan bagi masyarakat Dusun Sombron. Warna hitamnya melambangkan kekuatan dan ketahanan.

2. Nyai Pengayaman:
– Sebagai pasangan dari Kyai Pengayoman, Nyai Pengayaman juga berwarna hitam. Jaran ini melambangkan keseimbangan dan perlindungan.

3. Kyai Ambarwoto:
– Jaran ini memiliki warna abu-abu dan dikenal dengan kekuatan spiritualnya. Masyarakat percaya bahwa Kyai Ambarwoto membawa keberkahan dan kesejahteraan.

4. Nyi Ambarwati:
– Pasangan dari KyaiAmbarwoto, Nyi Ambarwati juga berwarna abu-abu. Ia melambangkan kemurnian dan kesucian.

5. Ki Sokolono:
– Jaran berwarna putih ini melambangkan kebijaksanaan dan pengetahuan. Ki Sokolono dihormati sebagai pembawa cahaya dan pencerahan.

6. Nyi Sokorini:
– Pasangan dari Ki Sokolono, Nyi Sokorini juga berwarna putih. Ia melambangkan kelembutan dan kasih sayang, menjadi simbol harmoni dan kehangatan dalam masyarakat.

KEGIATAN 2024

MERTI DUSUN SOMBRON

Merti Dusun merupakan tradisi yang berkembang di berbagai daerah di Indonesia, terutama di Jawa, sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas hasil panen dan keselamatan desa. Dalam konteks akademis, Merti Dusun dapat dianalisis dari beberapa perspektif, yaitu antropologi budaya, sosiologi, dan ekonomi lokal.

1. Antropologi Budaya: Ritual sebagai Warisan Kultural

Menurut para ahli antropologi, Merti Dusun merupakan bentuk ritual agraris yang diwarisi turun-temurun. Clifford Geertz (1960) dalam The Religion of Java menyebutkan bahwa upacara tradisional seperti ini memiliki unsur spiritual dan sosial yang kuat. Ritual ini memperkuat nilai gotong royong serta mengukuhkan identitas kultural masyarakat pedesaan.

2. Sosiologi: Perekat Sosial dan Identitas Komunitas

Dari perspektif sosiologi, Merti Dusun berperan sebagai mekanisme sosial yang menghubungkan berbagai lapisan masyarakat. Émile Durkheim (1912) dalam The Elementary Forms of Religious Life berpendapat bahwa ritual kolektif menciptakan solidaritas sosial, yang dalam konteks Merti Dusun dapat dilihat dari partisipasi aktif warga dalam persiapan dan pelaksanaan acara.

3. Ekonomi Lokal: Penguatan UMKM dan Pariwisata Budaya

Merti Dusun juga berdampak pada perekonomian masyarakat. Acara ini sering kali disertai dengan pameran produk lokal, seperti kuliner khas, kerajinan tangan, dan hasil pertanian. Menurut konsep community-based tourism, tradisi seperti ini berpotensi meningkatkan daya tarik desa sebagai destinasi wisata budaya, yang dapat mendorong perkembangan ekonomi berbasis masyarakat.

Kesimpulan

Dari sudut pandang akademis, Merti Dusun bukan sekadar ritual tahunan, tetapi memiliki makna yang lebih luas dalam aspek budaya, sosial, dan ekonomi. Tradisi ini berperan dalam melestarikan warisan leluhur, memperkuat kebersamaan sosial, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui sektor ekonomi kreatif.