“Tradisi bertemu inovasi dalam nuansa bambu, menyambut Merti Dusun Sombron 2025.”
Info.Sombron — Sinar lampu-lampu seadanya menerangi sudut jalan kecil di Dusun Sombron, Desa Tlompakan, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang. Di bawah langit malam, suara palu, potongan bambu, dan gelak tawa kecil warga berpadu dalam ritme khas gotong royong. Malam-malam ini, dusun kecil itu tak sedang tidur sepenuhnya—ia sedang bersiap menyambut tradisi: Merti Dusun Sombron 2025.
Yang tengah dikerjakan adalah gapura—gerbang simbolik penyambutan perayaan—yang tahun ini tampil dengan wajah berbeda. Di bawah arahan Triyatno, atau akrab disapa Tri, sebagai Ketua Seksi Dekorasi, gapura akan menampilkan pola Tlisik, anyaman bambu tradisional khas Jawa yang biasa digunakan sebagai pagar tanaman.
“Ini merupakan pola dari dulu yang sering dipakai oleh masyarakat Jawa. Dalam bahasa Jawa, disebut Tlisik,” ujar Tri saat ditemui oleh Media Sombron di sela-sela pekerjaannya, Jumat malam (9/5).
Uniknya, seluruh proses pengerjaan dilakukan saat malam hari. Selain menyesuaikan waktu kerja para relawan yang mayoritas bekerja di siang hari, suasana malam memberikan ruang kolaborasi yang lebih akrab. Di tengah gelap, bambu-bambu dibentuk, diikat, dan dirangkai menjadi karya seni bernilai budaya tinggi.
“Dengan kreasi ini, kami ingin menggambarkan bahwa bahan dari alam pun bisa memberikan nilai estetika yang tinggi,” tambah Tri. Ia menegaskan bahwa gapura bukan hanya soal bentuk, tetapi juga pesan bahwa kearifan lokal masih sangat relevan untuk diangkat dengan cara yang kreatif.
Menanggapi semangat ini, Kepala Dusun Sombron, Widodo, memberikan apresiasi. Menurutnya, pola Tlisik belum pernah digunakan sebelumnya dalam sejarah Merti Dusun Sombron. “Apa yang dibuat ini merupakan langkah awal untuk menjadikan Dusun Sombron sebagai salah satu dusun yang bisa memanfaatkan alam sebagai media dalam berkreasi,” katanya.
Widodo juga berharap bahwa inovasi seperti ini bisa menjadi pemantik munculnya ide-ide segar dari generasi muda dusun. “Semoga ke depan ada ide-ide baru lagi, sehingga Merti Dusun Sombron 2025 benar-benar berkesan, tidak hanya untuk warga tapi juga untuk para tamu yang hadir,” ujarnya.
Merti Dusun Sombron, yang akan digelar pada 3 Juni 2025, bukan sekadar upacara adat. Ia adalah momen kebersamaan, penciptaan, dan penguatan identitas lokal. Dan tahun ini, di tengah tenangnya malam dan semangat para perajin bambu, lahirlah harapan baru: bahwa tradisi bisa terus hidup, indah, dan berwibawa.
Dusun Sombron membuktikan bahwa dengan niat baik dan kreativitas, bambu sederhana pun bisa berdiri gagah sebagai lambang cinta pada budaya dan alam.***Red