Menu

Energi untuk Tradisi: Dukungan PLTA Timo Mengalir ke Merti Dusun Sombron

Info.Sombron–Di sebuah sore yang tenang, Kamis (8/5), balai dusun Sombron, menjadi saksi bisu hadirnya sebuah kepedulian. Tepat pukul 14.00 WIB, perwakilan dari PLTA Timo datang membawa angin segar bagi warga. Di tengah persiapan menjelang pelaksanaan Merti Dusun yang akan digelar pada 3 Juni mendatang, bantuan datang sebagai bentuk dukungan terhadap budaya yang terus dijaga turun-temurun.

Ibu Dian, mewakili PLTA Timo, hadir langsung dan menyerahkan bantuan kepada panitia. Turut hadir dalam pertemuan itu Ketua Panitia Merti Dusun, Jarman; Bendahara Panitia; Kepala Dusun Sombron; serta dua anggota panitia lainnya. Meski dalam lingkup sederhana, pertemuan berlangsung hangat dan penuh rasa syukur.

“Proposal yang diminta oleh masyarakat Dusun Sombron sudah kami terima. Hari ini, pimpinan kami menugaskan kami menyerahkannya langsung kepada panitia,” kata Ibu Dian saat ramah-tamah bersama utusan Panitia.

Ia juga menegaskan bahwa PLTA Timo selalu membuka diri terhadap kegiatan-kegiatan sosial dan budaya di sekitar wilayah operasionalnya. “Kami menyambut baik kegiatan kemasyarakatan seperti ini. Semoga ke depan sinergitas antara PLTA Timo dan warga Dusun Sombron bisa terjalin dengan baik,” harapnya.

Bagi masyarakat Sombron, Merti Dusun bukan sekadar acara tahunan. Ia adalah bentuk rasa syukur kepada Tuhan dan leluhur atas hasil bumi, kesehatan, serta ketenteraman dusun. Tradisi ini menjadi penanda bahwa meskipun zaman terus bergerak, akar budaya tetap ditanam dan disiram dengan semangat kebersamaan.

Jarman, selaku ketua panitia, menyambut baik dukungan dari PLTA Timo. “Kami sangat berterima kasih atas perhatian besar dari PLTA Timo terhadap kegiatan Merti Dusun Sombron,” ungkapnya. Ia pun berharap hubungan baik ini tidak berhenti pada satu momen, tetapi bisa berlanjut dalam bentuk kerja sama yang berkelanjutan.

Di tengah geliat pembangunan dan industri, dukungan seperti ini menjadi penyeimbang yang menyejukkan. Dusun Sombron hari ini tak hanya merawat tradisi, tetapi juga membangun hubungan yang lebih luas—dengan mereka yang mungkin tak lahir dari dusun, tetapi peduli terhadap denyut budayanya.

Karena sejatinya, budaya hidup bukan karena sekadar diwariskan, tapi karena terus dihidupkan—bersama, dalam gotong royong dan perhatian.***Red

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *